Pengarang : Tere – Liye
Penerbit : Republika
Novel karangan Tere Liye kedua yang saya baca. Awalnya sedikit berharap novel ini akan seperti novel pertama tere liye yang saya baca minggu kemarin , yang berjudul Mog Bunda Disayang Allah. Ekspektasi dan harapan saya cukup tinggi terhadap novel ini. Dan nyatanya memeang novel ini layak menjadi best seller, seperti yang tertulis di bagian atas covernya.
Novel ini mengisahkan tentang seorang anak kecil berumur 6 tahun , bernama Delisa. Dia hidup bersama keluarga kecilnya, ayahnya seorang pelaut dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa disebuah desa bernama Lok Nga. Ayah Delisa, yakni Abi Usman adalah seorang teknisi yang bekerja disebuah kapal, dan sering sekali berlayar keluar negeri. Alhasil Delisa tumbuh dan berkembang dibawah bimbingan Ummi nya dan ketiga kakanya, Cut Fatimah, Cut Zahra dan Cut Aisyah. Diantara ketiga kakanya, yang paling usil dan suka menjahili Delisa yakni Cut Aisyah, itu karena kembaran Cut Zahra ini punya watak yang suka usil, dan sangat suka menggoda adiknya yang paling kecil, apalagi ditambah Delisa belum hafal dengan bacaan sholat, sehingga semakin banyak kesempatan Cut Aisyah menggoda Delisa.
Dibawah bimbingan Ummi dan ketiga kakaknya, Delisa tumbuh menjadi gadis yang ceria, cerdas dan taat agama meski diumurnya yang masih sangat belia. Delisa berusaha sebisa mungkin untuk menghafal bacan shalat meski baginya amat susah sekali. Ummi pun menjanjikan akan membelikan sebuah kalung jika Delisa berhasil dengan bacaan Shalatnya.
Tanpa disadari, kalung tersebut lah yang akan membawa Delisa pada cerita mengharukan ini.
Cerita mencapai permasalahan ketika dating musibah Tusnami yang melanda Aceh dan sekitarnya sekitar tahun 2004 silam. Dan sejak bencana tersebut, cerita menjadi semakin mengharukan. Dibagian bagian selanjutnya malah semakim membuat saya menitikan air mata. Bukan karena bencana tersebut, melainkan karena kenyataan dan fakta fakta yang diceritkan penulis serta dpertanyaan pertanyaan yang tanpa disadari pernah saya tanyakan sebelumnya. Atau bahkan mungkin hampir menjadi pertanyaan semua orang yang percaya pada Tuhan.
Adilkah semua ini Tuhan?
Penulis menyajikan novel ini dengan cerita yang sangat indah dan kata kata yang indah pula. Meski saya menemukan ada beberapa hal yang sama seperti novel sebelumnya, tidak perlu untuk diceritakan atau terlalu aneh didengar, namun tidak mengurangi kualitas novel ini yang berhasil membuat mata saya bengkak.
Membaca novel ini membuat kita percaya akan kuasa Tuhan. Nilai nilai religius yang ada di novel ini benar benar bisa merasuk ke lubuk hati yang terdalam saya. Kepolosan dan kesucian hati Delisa benar benar membuka mata saya. Membaca novel ini membuat saya semakin percaya akan kuasa Tuhan, setelah berkali kali saya merasa tertampar dengan kenyataan yang dijabarkan dalam novel ini.
Sekali lagi, novel “HAFALAN SHALAT DELISA” ini sangat layak dibaca , apalagi bagi mereka yang selalu merasa hidup itu menyedihkan dan Tuhan itu tidak adil.
Wasalam ,
Penerbit : Republika
Novel karangan Tere Liye kedua yang saya baca. Awalnya sedikit berharap novel ini akan seperti novel pertama tere liye yang saya baca minggu kemarin , yang berjudul Mog Bunda Disayang Allah. Ekspektasi dan harapan saya cukup tinggi terhadap novel ini. Dan nyatanya memeang novel ini layak menjadi best seller, seperti yang tertulis di bagian atas covernya.
Novel ini mengisahkan tentang seorang anak kecil berumur 6 tahun , bernama Delisa. Dia hidup bersama keluarga kecilnya, ayahnya seorang pelaut dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa disebuah desa bernama Lok Nga. Ayah Delisa, yakni Abi Usman adalah seorang teknisi yang bekerja disebuah kapal, dan sering sekali berlayar keluar negeri. Alhasil Delisa tumbuh dan berkembang dibawah bimbingan Ummi nya dan ketiga kakanya, Cut Fatimah, Cut Zahra dan Cut Aisyah. Diantara ketiga kakanya, yang paling usil dan suka menjahili Delisa yakni Cut Aisyah, itu karena kembaran Cut Zahra ini punya watak yang suka usil, dan sangat suka menggoda adiknya yang paling kecil, apalagi ditambah Delisa belum hafal dengan bacaan sholat, sehingga semakin banyak kesempatan Cut Aisyah menggoda Delisa.
Dibawah bimbingan Ummi dan ketiga kakaknya, Delisa tumbuh menjadi gadis yang ceria, cerdas dan taat agama meski diumurnya yang masih sangat belia. Delisa berusaha sebisa mungkin untuk menghafal bacan shalat meski baginya amat susah sekali. Ummi pun menjanjikan akan membelikan sebuah kalung jika Delisa berhasil dengan bacaan Shalatnya.
Tanpa disadari, kalung tersebut lah yang akan membawa Delisa pada cerita mengharukan ini.
Cerita mencapai permasalahan ketika dating musibah Tusnami yang melanda Aceh dan sekitarnya sekitar tahun 2004 silam. Dan sejak bencana tersebut, cerita menjadi semakin mengharukan. Dibagian bagian selanjutnya malah semakim membuat saya menitikan air mata. Bukan karena bencana tersebut, melainkan karena kenyataan dan fakta fakta yang diceritkan penulis serta dpertanyaan pertanyaan yang tanpa disadari pernah saya tanyakan sebelumnya. Atau bahkan mungkin hampir menjadi pertanyaan semua orang yang percaya pada Tuhan.
Adilkah semua ini Tuhan?
Penulis menyajikan novel ini dengan cerita yang sangat indah dan kata kata yang indah pula. Meski saya menemukan ada beberapa hal yang sama seperti novel sebelumnya, tidak perlu untuk diceritakan atau terlalu aneh didengar, namun tidak mengurangi kualitas novel ini yang berhasil membuat mata saya bengkak.
Membaca novel ini membuat kita percaya akan kuasa Tuhan. Nilai nilai religius yang ada di novel ini benar benar bisa merasuk ke lubuk hati yang terdalam saya. Kepolosan dan kesucian hati Delisa benar benar membuka mata saya. Membaca novel ini membuat saya semakin percaya akan kuasa Tuhan, setelah berkali kali saya merasa tertampar dengan kenyataan yang dijabarkan dalam novel ini.
Sekali lagi, novel “HAFALAN SHALAT DELISA” ini sangat layak dibaca , apalagi bagi mereka yang selalu merasa hidup itu menyedihkan dan Tuhan itu tidak adil.
Wasalam ,
0 komentar:
Posting Komentar