Maaf, saya terlalu mencintai weekend saya. Weekend, bagi seorang perantauan seperti saya, punya makna yang begitu dahsyat. Dan dalam. Lebih dari sekedar akhir minggu. Lebih dari sekedar Sabtu dan Minggu. Weekend berarti saatnya bertemu dengan orang orang tercinta. Keluarga, tetangga, sahabat dan pria diseberang sana. Bahkan lebih dari sekedar pertemuan sesaat. Saya perlu bertemu mereka disetiap weekend saya, bukan hanya karena perasaan rindu yang terlalu menggebu atau apalah mereka menyebutnya, namun lebih kepada pengisian segumpal jiwa yang kosong. Saat seorang sedang sibuk memikirkan diri mereka sendiri, siapa ada untuk kita ? keluarga. Saat seorang teman sedang terlelahkan karena beban yang dipikulnya terlalu berat untuk ditanggung seorang diri dan saat bersamaan kamu membutuhkan seseorang untuk memvotivasi, siapa yang akan kamu hubungi ? keluarga. Saat kelelahan fisik dan mental menggelayut manja enggan pergi karena terfosir selama hampir lima hari penuh didunia kampus yang sungguh keja, siapa yang ingin kita datangi untuk sekedar berbagi? Keluarga. Dan dimana aku menemukan keluarga ku? Kapan aku bisa bertemu keluargaku? Dirumah. Dikota ku Salatiga. Weekend. Keluarga bukan hanya ayah, ibu, adik. Ditambah om, tante, budhe, pakde, nenek, nenek buyut, dan kucing kucingku. Lebih dari sekedar pertemuan dengan mereka. Kalau kata orang-orang bijak jaman dahulu(atau jaman sekarang ya?), belajar lah dari pengalaman. dan kata orang yang lain, “orang pintar belajar dari pengalamannya sendiri,orang hebat belajar dari pengalaman orang lain”. Bukan berarti saya orang hebat karena sedang berusaha belajar dari pengalaman orang lian, tapi memang itu yang sedang saya lakukan. Melihat semangat ayah bekerja siang malam kesana kemari keliling kota, keluar kota demi kebahagiaan keluarga terutama kebahagiaan saya dikampus tentunya, sangat bisa memotivasi saya untuk terus bertahan dan berjuang didunia perantauan yang kata orang sangat kejam. (maaf, saya agak lebay). Melihat raut muka ibu, om, tante , budhe, pakdhe, nenek, dan nenek buyut ketika mendapati saya berada dirumah sungguh sangat melegakan. Mereka masih merindukan saya ternyata, dan saya bersyukur untuk itu. Mendengar setiap kata yang keluar dari bibirnya, setiap balasan dari smsnya, “sayang, aku kangen”, “sayang kapan pulang?”,membuat saya selalu ingin berada dirumah. Ternyata saya masih dibutuhkan. Ternyata mereka merindukan saya. Dan perasaan seperti jauh lebih hebat dari apapun. Jauh lebih hebat dari sekedar kata kata motivasi yang super. Dari mereka, saya tahu. Cinta. Mereka mencintai saya. Meski dengan cara berbeda. Senyum, sorot mata, genggaman. Perasaan nyaman yang tidak pernah saya dapatkan disudut manapun didunia perantauan yang kejam ini. Jadi, dengan alasan apapun, saya tidak akan pernah melewatkan weekend sayaa bersama mereka. Karena siapa yang tahu umur seseorang sampai sejauh mana? Trims. Saturday, 10 sepetember 2011. 18.05 wib
0 komentar:
Posting Komentar