Masihkah kau ada disana ? sudah lebih dari setahun semenjak aku berani memutuskan untuk merangkai kisah cintaku tidak denganmu, tapi dengannya. Dengan dia yang entah mengapa saat itu tiba-tiba saja hadir diantara kita. Bagimu, dia pengganggu. Baginya, kamu masa lalu ku yang menyebalkan, dan selalu bisa membuat dia cemburu.
Apa kabarmu, hei teman lama ? bahagiakah kau disana ? kukira jawabannya pasti iya. Apa si kucing itu benar bisa membahagiakanmu seperti aku saat itu? Miris ya. Dulu aku ‘kucingmu’ , namun sekarang kamu bersama si kucing baru. Aneh gak sih menurutmu? Hehe.
Sekejap lalu aku rindu. Rindu tentang cerita kita, hei teman lama. Rindu serindu rindunya aku. Mungkin kau tidak tahu. Tapi dulu aku mendambamu, teman. Benar. Aku tidak bohong. Tanya saja ke teman dekatku, mereka tahu kok. Mungkin bahkan lebih tahu daripada kamu.
Pernahkan kau merindukanku, teman lama?
Dulu kita bercanda. Sering bercanda. Saling membantu dan tergantung. Aku biasa menemani malammu. Meski lebih sering aku meninggalkanmu sendiri disana, bekerja seorang diri. Aku pernah menjadi teman yang membangunkanmu dipagi hari. Dengan tawa tentu saja. Kamu selalu bisa menghiburku entah dengan apa saja tingkah lakumu. Tingkah konyolmu. Cerita cerita mu. Aku rindu, benar benar rindu dengan semua itu.
Aku rindu kita pulang bersama, melewati jalanan malam semarang-salatiga berdua saja. Aku rindu saat saat perjalanan itu. Saat kamu bercerita banyak hal dan kita membagi kisah masa kecil kita. Masa kecil kita, tetangga. Kamu yang dari kecil gayanya udah selangit. Kamu yang sayang banget sama kedua adik kecilmu. Kamu dan kamu dan kamu, aku rindu teman.
Aku rindu saat saat kesuwungan kita bersama. Saat kamu bercerita tentang si dia teman lama kita. Bahkan saat terbodoh ngobrol bersama kita didepan kos. Aku rindu pulang malam malam dari kontrakan, nungguin kamu selesai nonton pertandingan Indonesia, entah lawan mana aku lupa. Ngobrol gak jelas di teras kontrakan. Iseng-iseng godain kamu, ngerecokin sms mu dan sebagainya. Aku rindu, sebenar benarnya rindu, teman.
Aku yakin kamu bahagia sekarang dengan dia.
Aku tahu kamu mencintainya.
Aku tidak akan mengganggumu. Tidak mungkin.
Aku punya dia yang kucinta juga. Sangat bahkan.
Aku hanya sekedar merindukanmu hari ini,dan semoga esok tidak lagi.
Semoga.
Aku tidak ingin berharap lagi. Berharap kamu masih menungguku dipersimpangan , seperti yang pernah kau janjikan.
……
Sekarang, persimpangan itu mungkin sudah tidak ada lagi teman. Mungkin persimpangan itu hanya sekedar angan sesaat kita, yang kini telah hilang tak berbekas. Seperti janji yang kita ikrarkan ketika itu. Janji untuk tetap saling menggenggam saat kita terjatuh. Aku tak lagi bisa menggenggamu , bahkan hanya sebagai sahabatku.
…….
Teman, untuk yang terakhir aku sampaikan. Aku pernah mencintaimu diwaktu lalu.